Budaya Positif di Sekolah sebagai Aksi Nyata Guru Penggerak

Editor: Nursarita

Kehidupan manusia yang semula berawal dari kesederhanaan kini telah mencapai tahap era modern. Baik teknologi hingga pribadi manusia berkembang mengikuti zaman, tak luput pula karakter anak usia sekolah. Dewasa ini karakter peserta didik banyak yang telah bergeser jauh dari nilai-nilai kebaikan dan norma agama yang berlaku di masyarakat sehingga peran aktif guru untuk mengembalikan nilai positif dalam diri peserta didik amat sangat diperlukan. Menginisiasi hal tersebut SMKN 4 Soppeng memfasilitasi Desiminasi Budaya Positif sebagai Giat Aksi Nyata oleh Calon Guru Penggerak.

Desiminasi Budaya Positif oleh Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 SMKN 4 Soppeng dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Agustus 2024. Bertempat di Laboratorium Audio Visual, kegiatan ini dihadiri oleh 17 orang guru dari berbagai program keahlian di SMKN 4 Soppeng. Sejalan dengan urgensi yang telah dibahas sebelumnya, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengimbasan yang dilakukan berdasarkan konsep-konsep budaya positif yang diperoleh oleh CGP pada modul budaya positif.

Kegiatan Desiminasi Budaya Positif diawali dengan sambutan oleh Kepala UPT SMKN 4 Soppeng H. Abdul Kadir, S.Pd., M.M sekaligus membuka kegiatan. Dalam sambutannya, bapak Kepala Sekolah menyampaikan harapannya agar bapak, ibu guru yang menghadiri kegiatan ini dapat menyerap nilai baik dari Desiminasi Budaya Positif yang dilaksanakan sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang memupuk karakter baik peserta didik.

Dipandu oleh Ibu Suprihatin Nur selaku moderator, sambutan dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi Budaya Positif oleh Bapak Syahruddin selaku CGP Angkatan-11. Topik-topik yang dibahas dalam kegiatan ini di antaranya.

  • Disiplin Positif: Suatu cara penerapan disiplin yang mengajarkan anak bertanggungjawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan
  • Kebutuhan Dasar Manusia: Menjelaskan 5 kebutuhan dasar manusia diantaranya kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan akan kasih saying, kebutuhan akan penguasaan, kebutuhan akan kebebesan dan kebutuhan untuk mendapatkan kesenangan.
  • Motivasi Perilaku Manusia: tiga motivasi perilaku manusia yaitu berdasarkan karena rasa takut akan ketidaknyamanan/hukuman, karena ingin mendapatkan penghargaan/pujian dan adanya kesadaran diri untuk menghargai nilai-nilai yang dipercayanya
  • Keyakinan Kelas: Teknik dan strategi untuk membangun dan mempertahankan keyakinan dalam kelas guna menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi siswa. Dimana penekanan yang kami fokuskan adalah Budaya “MAPACCING” penerapan dari budaya Mapacing adalah melakukan pembersihan sebelum dan sesudah belajar, untuk menanamkan budaya hidup bersih baik di lingkungan kelas, sekolah dan lingkungan sekolah.
  • Posisi Kontrol: Cara efektif dalam mengelola kontrol kelas untuk memastikan disiplin dan memfasilitasi proses pembelajaran yang produktif.
  • Restitusi: Pendekatan konstruktif dalam menangani pelanggaran dengan fokus pada pemulihan hubungan antara siswa dan guru, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka.

Selain itu disampaikan di dalam materi desiminiasi akan pentingnya budaya positif di sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan karakter peserta didik. Dijelaskan bahwa salah satu aspek penting dari budaya positif adalah pandangan bahwa melakukan kesalahan yang tidak disengaja bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan bagian dari proses belajar. Budaya positif juga mencakup kemampuan untuk mengatur waktu dan pekerjaan, serta komunikasi dan kolaborasi yang baik. Hal ini akan memotivasi peserta didik untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut akan kegagalan sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan secara lebih efektif.

Dengan membudayakan nilai-nilai ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang ramah bagi murid, di mana mereka merasa dihargai dan didukung. Selain itu, adanya prosedur yang jelas dalam menangani isu-isu penting dan sosialisasi kebijakan sekolah kepada semua pihak juga merupakan bagian dari budaya positif yang perlu diterapkan secara konsisten.
Di sesi akhir diskusi, bapak Syahruddin penyampaikan Rancangan Penerapan Budaya Positif di sekolah yaitu Budaya “MAPACCING” yang berfokus kepada menanamkan budaya positif yaitu hidup bersih baik di lingkungan kelas, sekolah dan lingkungan sekolah.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *